SEJARAH PESANTREN DARUL HIDAYAH
1. KEADAAN ( SITUASI ) DAERAH.
Pada Zaman Penjajahan Belanda daerah Cibangkong adalah daerah yang rawan, termasuk daerah lampu merah--istilah keamanan. Betapa tidak, karena dengan memperhatikan nama - nama jalan dan gang-gangnya, seperti Gang Warta, Gang Deme, Gang Saud, Gang Arnawi, kita dapat menarik kesimpulan bahwa daerah tersebut diatas adalah daerah yang kurang baik, karena orang yang namanya dipakai Nama Jalan atau Gang tersebut diatas termashur bukan karena berbuat baik, tetapi sebaliknya termashur dan ternama karena kejahatannya, antara lain sebagai Germo-germo yang membuka praktek di daerahnya menampung WTS dan melayani langganannya termasuk dari Tangsi Soldadu pada Zaman Belanda.
Maka untuk menghilangkan efek psikologis masyarakat di Desa Gumuruh dan khususnya Masyarakat di RK, 19 (RW,07) Cibangkong, pada tanggal 17 Agustus 1971 nama-nama jalan/gang di RW, 07 ini dirobah/diganti namanya oleh Bapak Ketua RK/RW yang ketika itu Ketua RK/RW 07 adalah Bapak R. A. SYAHDI, bersamaan dengan selesainya Pemugaran/Pembangunan Masjid Darul Hidayah, Jalan/Gang yang semula bernama Gang Saud dirobah/diganti - dengan nama Jalan 17 Agustus, sedangkan Gang Arnawi dirobah diganti dengan nama Gang Pelita-I, dan gang-gang baru diberi nama Gang Pelita-II, Gang Pelita-III dan Gang Pelita-IV. Nama Jalan/Gang yang dirubah dengan nama baru telah diresmikan oleh Bapak Gubernur Daerah TK-I Jabar yang pada ssat itu dijabat oleh LETJEN TNI SOLIHIN GP pada tanggal 17 Agustus 1971.
2. KEADAAN TEMPAT PERIBADATAN.
Untuk Masyarakat Desa Gumuruh yang beragama Islam, sejak zaman Belanda sampai dengan tahun 1968 dalam melaksanakan ibadah sholat hanya ada satu Masjid Ja'mi yaitu sebuah Masjid yang terletak di RK-19 (RW.07) sekarang RW. 02, yang di berinama Masjid Jami' Desa Gumuruh, berukuran 5 m x 7 m dengan kondisi bangunan yang masih sangat sederhana dan tidak memiliki tempat wudhu, dimana bangunannya semi permanen terdiri dari dinding setengah tembok/bilik, berlantai tegel dan beratap genteng. Masjid tersebut tanahnya adalah wakaf dari Bapak A. SAARI (Alm) yang pada waktu itu sekitar tahun 1964 keadaannya sudah sangat mengkhawatirkan, kayu-kayu sudah pada lapuk/rusak di makan usia.
Menjelang tanggal 17 Agustus 1965 di Kecamatan Batununggal dibentuklah Panitia Perayaan 17 Agustus 1965 yang mana susunannya personalianya terdiri dari para pemuka Partai dan Ormas yang berada dilingkungan Desa Gumuruh dan sebagai Ketuanya dipilih Bapak Mayor R. A. SYAHDI, namun ketika akan disusun acara perayaan tersebut terjadi perdebatan yang hebat. golongan Partai Politik yang berhaluan kanan mengusulkan agar diadakan malam syukuran dan kegiatan-kegiatan yang bersifat keagamaan (diantaranya adalah pemugaran pembangunan Masjid Jami' Desa Gumuruh) yang mana usul ini ditolak mentah-mentah oleh golongan Partai Politik yang berhaluan Kiri (PKI, PNI, AZT dan antek - anteknya), maka dengan serentak seluruh kekuatan Partai Islam beserta Ormas-ormasnya keluar dari Panitia tersebut. Dibawah pimpinan Bapak Mayor R. A. SYAHDI kemudian membentuk Panitia tandingan, yang salah satu agenda acara peringatan / perayaan 17 Agustus 1965 adalah mencantumkan malam Syukuran yang dilaksanakan pada malam tanggal 17 Agustus berupa Tablig Akbar dan pada pagi harinya diadakan upacara peletakan batu pertama Pembangunan Masjid Jami' Darul Hidayah yang dilakukannya oleh seluruh Pemuka-pemuka Islam seperti NU, PNI, MUHAMADIYAH, AL-WASLIYAH, MUSLIMAT RUSOR, FATOYAT dan PERSIS diatas tanah yang telah diwakafkan oleh Ibu Unasih (Al-marhumah) dan dijadikan satu dengan tanah wakaf Bapak Assari.
Panitia Peringatan/Perayaan 17 Agustus 1965 dibawah Pimpinan Bapak Mayor R. A. SYAHDI adalah sebagai penggerak roda Pembangunan Masjid tersebut. Walaupun sebelumnya sudah dibentuk Panitia Pembangunan Masjid Jami' yang terdiri susunannya sebagai berikut :
Pelindung : CATUR TUNGGAL DESA GUMURUH
Ketua I : AJ. E. HAMBARI MUKHSIN
Ketua II : RD. TANUWIDJAYA
Sekretaris I : A. DJUNAEDI
Sekretaris II : DUDUNG ABDULRACHMAN
Sekretaris III: O. SOBANDI
Bendahara : IDI KARTAATMADJA
Bendahara II : M. EDJO
SUSUNAN PANITIA PERINGATAN/PERAYAAN 17 AGUSTUS 1965
1. SEKSI USAHA DANA DAN PEMBANGUNAN
* R. A. SYAHDI ( MAYOR PUNR).
* KAPTEN NAWAWI ( PAROHIS SESKOAD).
* LETDA ANWAR ( PAROHIS PUSSENKAV).
* E. SUKARNA.
2. PEMBANTU UMUM
* M. DJUNAEDI.
* EPON ATMADJA.
* ALIM GANI.
* Seluruh RK-RK DESA GUMURUH.
Pembangunan tersebut memakan waktu 6 tahun dari tanggal 17 Agustus 1965 s/d 17 Agustus 1971 dan diresmikan pula bersamaan dengan peresmian pembangunan-pembangunan di RW. 07 oleh Bapak Gubernur Daerah Tingkat I Jabar Bapak Letjen TNI Solihin GP dengan tidak melupakan kepada para Dermawan diantaranya Bapak/Ibu H. Anwar, Bapak Ibu Hj Unasih Rasyidi, Bapak A. Saari (Almarhum) dan Bapak/Ibu Uwar, Bapak Chairul Saleh (Almarhum), Bapak Halim Gani serta pada seluruh potensi Umat Islam di Desa Gumuruh umumnya dan khususnya warga RK. 19 (RW. 07) sekarang RW. 02.
Bapak R. A. SYAHDI, BAPAK R. TANUWIJAYA (Almarhum), Bapak E. SUKARNA yang telah mencurahkan seluruh tenaga dan fikiran dan hartanya demi dapat terlaksananya Pembangunan Masjid tersebut yang semula hanya berukuran 5 M x 7 M berdinding setengah tembok, beralas ubin dan beratap genteng, maka dibangun Masjid permanen ukuran 10 m x 17 m, dikomplitkan dengan 3 buah kamar mandi/WC dan sebuah bak untuk berwudhu diairi dengan air ledeng dan disebelah utaranya di tingkatkan berukuran 2,5 m x 10 m ruangan kelas madrasah dan disebelah Selatannya terdapat sebuah ruangan 4 m x 10 m untuk ruang Kuliah.
SECARA RINGKAS KEHIDUPAN DAN PERKEMBANGAN PESANTREN DARUL HIDAYAH :
Periode tahun 1965 - 1968.
Pada awal masa ini kegiatan masih terbatas mengadakan pengajian dirumah-rumah dan santri-santrinya terbatas anak-anak tingkat Sekolah Dasar (Madrasah Diniyah).
Periode tahun 1968 - 1970.
Pada tanggal 17 Agustus 1970 pembangunan Masjid Darul Hidayah telah selesai 90 % dan mengingat kebutuhan tempat untuk membina umat Islam di Lingkungan Cibangkong berdasarkan Keputusan Musyawarah Panitia maka Masjid "DARUL HIDAYAH" dijadikan "PESANTREN DARUL HIDAYAH", dan anak-anak yang selama ini belajar dirumah Bapak R.A. Memed telah dapat pindah dan belajar di "Pesantren Darul Hidayah".
Periode tahun 1972-1975.
Tahun 1972 Pengurus Masjid/Pesantren Darul Hidayah berusaha mengembangkan Pendidikan baik Agama Islam maupun Pendidikan Umum.
1. Pengurus Masjid dan Pesantren Darul Hidayah mengadakan Perjanjian sewa tanah dengan pemilik tanah sebelah Masjid (Bapak J. Syaari) untuk pendidikan dengan sewa tanah tiap tahun Rp. 9.000, (sembilan ribu rupiah) pertahun.
2. Dalam tahun 1972 tersebut dimulai membangun ruangan kelas dengan Upacara Peletakan Batu Pertama yang dilaksanakan pada tanggal 18 Oktober 1972 oleh Kandepag/Penghulu Depag Kodya Bandung Bapak H. Kasim dan Bapak Totoh Abdulfatah.
3. Bantuan dari Kandepag Kodya Bandung uang sebesar Rp. 75.000,- (tujuh puluh lima ribu rupiah) untuk modal kerja.
4. Untuk membangun ruangan klas STK AL-FITRAH tersebut menghabiskan uang sebesar Rp. 500.000, (lima ratus ribu rupiah) dan mulai tahun ajaran 1973/1974 telah menerima murid TK. Pada tanggal 7 Desember 1973 Pengurus Masjid dan Pesantren Darul Hidayah mengadakan Musyawarah dan Mufakat untuk mendukung pelaksanaan Pembangunan dan Pendidikan perlu adanya Badan Hukum Keputusan Musyawarah dan mufakat membentuk dan mendirikan Yayasan yang diberi nama "Yayasan Pengembangan Pembangunan Pendidikan Darul Hidayah (Y.P.3.DH)".
5. Alhamdulillah Yayasan Pengembangan Pembangunan Pendidikan Darul Hidayah (Y.P.3.DH) disyahkan oleh Notaris Komar Anda Disastra dengan Akte No. 54 tanggal 14 Desember 1973.
Periode tahun 1977 - 1980.
1. Pada tahun 1977 terjadi perubahan status tanah sebelah selatan masjid Darul Hidayah yang semula dengan perjanjian sewa Rp. 9.000'-/tahun oleh pemiliknya dijual lepas kepada Bapak H. Rasidi alamat Jalan Tanjung No. 7 Bandung melalui Pengurus Yayasan Pengembangan Pembangunan Pendidikan Darul Hidayah. Dengan adanya perubahan status/pemilik tanah tersebut diatas, dan atas dasar musyawarah mufakat maka tanah tersebut oleh pemiliknya akan diwakafkan kepada Yayasan Pengembangan Pembangunan Pendidikan Darul Hidayah .
2. ANEKA KEGIATAN PESANTREN DARUL HIDAYAH
Pesantren Darul Hidayah dalam melaksanakan kegiatan pokok sehari-hari berupa pendidikan Agama Islam bagi anak didik tingkat SD/SMP dan pendidikan umum, disamping itu juga melaksanakan kegiatan - kegiatan pelengkap yang menunjang kehidupan Masjid dan Pesantren dengan mengadakan Pendidikan Informal antara lain :
* Pramuka
* Keterampilan Ibu-ibu
* Ketrampilan Muda/Mudi
* Wisata
3. P E N D I D I K A N
Sekolah Umum dan Madrasah di Pesantren Darul Hidayah terus berkembang, hal ini disadari oleh Pemerintah dan masyarakat yang semakin menyadari pentingnya Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan yang memerlukan sarana bangunan agar kiprahnya dalam membentuk kemakmuran dan kemajuan umat Islam yang jumlah penduduknya makin bertambah banyak perlu didukung oleh pendidikan Agama maupun Umum menuju masyarakat adil dan makmur sejahtera lahir dan bathin.
Untuk itu pendidikan nasional sedang diarahkan dengan lebih tegas kepada tujuan-tujuan masa datang, kepada masyarakat yang dicita-citakan dan kepada perekonomian yang dikehendaki dan menekankan fungsi mengubah mental yang konservatif dengan menggalakkan - inovasi dan kewiraswastaan serta menyebarkan kebudayaan yang sedang berubah seluas mungkin, dianggap faktor yang sanggup mempengaruhi secara kreatif pola dan perilaku masyarakat kini dan yang akan datang.
Oleh karenanya dipandang perlu faktor yang menentukan pada semua aspek perubahan Sosial. Motivasi yang kuat untuk berprestasi itulah kekuatan sosial yang menggerakkan pertumbuhan dan perobahan. Untuk itu maka pendidikan harus senantiasa berorientasi kepada massa yang akan datang. Pendidikan serupa itu tidak akan mengesampingkan warisan budaya dan memenuhi syarat-syarat pembaruan. Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan Agama yang telah berakar kuat dikalangan masyarakat luas senantiasa ikut hadir digaris depan dalam usaha mencerdaskan Bangsa dan pembentukan manusia muslim yang beriman, taqwa, cakap, berbudi luhur dan bertanggung jawab atas Pembangunan dan kemajuan Bangsa.
Kita menyadari bahwa dihadapan kita ada tantangan - tantangan baru dari akselerasi proses pembangunan, Pesantren Darul Hidayah dan badan pendukungnya selaku Lembaga Pendi-dikan Agama berusaha memberikan sumbangan yang semaksimal mungkin ke pada Masyarakat. Lingkungannya harus pula tumbuh dan berkembang - kearah interegasi yang lebih harmonis dengan perobahan dan pembaharuan sosial yang sedang terjadi dengan tetap mempertahankan dan memelihara jiwa dan kepribadiannya yang khas.
Sehubungan dengan itu, maka Yayasan Pengembangan Pembangunan - Pendidikan dan Pesantren "Darul Hidayah" telah merintis usaha supaya pendidikan di Pesantren Darul Hidayah menjadi lebih dinamis dan lebih terintegrasi dengan Pendidikan Nasional, sehingga ia akan lebih mampu untuk melayani kebutuhan-kebutuhan baru dari perorangan dan ma syarakat yang sedang berubah itu dengan mendirikan Sekolah Umum (STK, SD, MADRASAH, SMPI) dan seterusnya. Disamping Madrasah (Diniyah, Tsanawiyah dst ) akan menyelenggarakan kegiatan sosial lainnya.
Periode sekarang 2008.
Sepeninggal KH.RA. Memed, maka kepemimpinan beralih kepada adiknya yaitu KH. Aep Saepullah, HB BA, yang menjabat sebagai ketua dewan pimpinan Pondok Pesantren Darul Hidayah sedangkan untuk kegiatan organisasi yayasan dipercayakan kepada Drs. H. Asep Hermawan, MH yang tiada lain adalah anak kandung dari KH.RA. Memed.
Pada periode ini pondok pesantren Darul Hidayah sedang mencari pola, bentuk atau sistem yang cocok untuk kondisi saat ini dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar, mengingat keberadaannya yang berada di tengah pusat kota Bandung dan tempat-tempat hiburan yang tumbuh subur dengan sangat cepat. Hal ini merupakan tantangan tersendiri yang harus dihadapi oleh Pondok Pesantren untuk tetap eksis dan menarik minat masyarakat menimba ilmu keagamaan.
Walaupun harus tetap berpegang teguh kepada pola pengajaran salafiyah (pengajian dengan menggunakan sistem kitab kuning) yang menjadi keunikan tersendiri bagi sebuah pondok pesantren di kota besar, kerja keras dan berfikir kreatif menjadi suatu keharusan bagi seluruh pengurus pesantren.
Sebagai salah satu implementasi untuk menarik minat masyarakat menimba ilmu dan mewujudkan visi misi pondok pesantren yang maka dilakukanlah perubahan dan perombakan sistem termasuk kepengurusan juga orientasi arah pendidikan. Hal inilah yang sekarang sedang dikerjakan oleh pengurus. Berbagai unit-unit usaha didirikan seperti perdagangan, koperasi, warnet dll, merupakan salah satu upaya memperkuat perekonomian pondok pesantren. Paradigma pendidikan formal yang hanya asal ada di rubah, sentralilasi keuangan diperketat, dan tak kalah pentingnya adalah bimbingan, asuhan dan kualitas pendidikan untuk pengajian di tingkatkan dan di tata kembali. Perencanaan pembangunan sarana fisik juga menjadi isu sentral para pengurus sekarang, mengingat konsidi sarana dan prasarana pendidikan saat ini sudah banyak yang rusak dan tak layak pakai.